Kamis, 09 April 2015

Mengenal Stainless Steel Atau Baja Tahan Karat, Tehnik Pengelasan dan Pencegahan Korosi



Stainless Steel



Baja tahan karat atau lebih dikenal dengan Stainless Steel adalah senyawa besi yang mengandung setidaknya 10,5% Kromium untuk mencegah proses korosi (pengkaratan logam). Komposisi ini membentuk protective layer (lapisan pelindung anti korosi) yang merupakan hasil oksidasi oksigen terhadap Krom yang terjadi secara spontan. Kemampuan tahan karat diperoleh dari terbentuknya lapisan film oksida Kromium, dimana lapisan oksida ini menghalangi proses oksidasi besi (Ferum). Tentunya harus dibedakan mekanisme protective layer ini dibandingkan baja yang dilindungi dengan coating (misal Seng dan Cadmium) ataupun cat.

KANDUNGAN ATOM/ UNSUR DAN IKATANNYA
Baja stainless merupakan baja paduan yang mengandung minimal 10,5% Cr. Sedikit baja stainless mengandung lebih dari 30% Cr atau kurang dari 50% Fe. Daya tahan Stainless Steel terhadap oksidasi yang tinggi di udara dalam suhu lingkungan biasanya dicapai karena adanya tambahan minimal 13% (dari berat) Krom. Krom membentuk sebuah lapisan tidak aktif , Kromium (III) Oksida (Cr2O3) ketika bertemu Oksigen. 

Lapisan ini terlalu tipis untuk dilihat, sehingga logamnya akan tetap berkilau. Logam ini menjadi tahan air dan udara, melindungi logam yang ada di bawah lapisan tersebut. Fenomena ini disebut Passivation dan dapat dilihat pada logam yang lain, seperti pada Alumunium dan Titanium. Pada dasarnya untuk membuat besi yang tahan terhadap karat, Krom merupakan salah satu bahan paduan yang paling penting. Untuk mendapatkan besi yang lebih baik lagi, diantaranya dilakukan penambahan beberapa zat- zat berikut; Penambahan Molibdenum (Mo) bertujuan untuk memperbaiki ketahanan korosi pitting di lingkungan Klorida dan korosi celah unsur karbon rendah dan penambahan unsur penstabil Karbida (Titanium atau Niobium) bertujuan menekan korosi batas butir pada material yang mengalami proses sensitasi. Penambahan Kromium (Cr) bertujuan meningkatkan ketahanan korosi dengan membentuk lapisan oksida (Cr2O3) dan ketahanan terhadap oksidasi temperatur tinggi. Penambahan Nikel (Ni) bertujuan untuk meningkatkan ketahanan korosi dalam media pengkorosi netral atau lemah. Nikel juga meningkatkan keuletan dan mampu meningkatkan ketahanan korosi tegangan. Unsur Aluminium (Al) meningkatkan pembentukan lapisan oksida pada temperatur tinggi.

PROSES MEMBUAT STAINLESS STEEL
Stainless steel atau baja paduan. Kandungan Kromium membuat logam non-korosif dan mengkilap. Logam anti karat dan logam bebas noda ini digunakan secara luas dalam industri penerbangan dan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita melalui penggunaannya dalam alat-alat makan dan barang rumah tangga lainnya.
Baja stainless metallurgically didefinisikan sebagai paduan dengan kromium 11%. Logam ini populer digunakan di peralatan rumah tangga dan industri, karena tidak menimbulkan korosi, karat noda atau semudah baja biasa. Paduan ini juga disebut sebagai CRES atau baja tahan korosi, terutama ketika paduan tidak dinilai. Nilai yang berbeda dari baja stainless mempunyai jumlah yang berbeda dari Kromium untuk menghasilkan film yang diinginkan Kromium oksida. Ini adalah reaksi kimia antara Kromium dan Oksigen atmosfer yang mencegah korosi permukaan, dan sepanjang struktur internal.

Stainless steel terbuat dari bijih besi, silikon, krom, karbon, nikel, mangan dan nitrogen. Pembuatan baja stainless terdiri dari serangkaian proses. Bahan baku yang pertama mencair dalam tungku listrik . Mereka dikenakan setidaknya 12 jam panas intens. Selanjutnya campuran dilemparkan ke balik lempeng mekar atau billet, sebelum mengambil suatu bentuk semi-padat. Bentuk awal dari baja ini kemudian diproses melalui 'membentuk' operasi yang mencakup hot-rolling ke bar, kabel, lembaran dan lempengan. Dari sini, baja dikenakan anil. Sehingga logam ini dirawat karena tekanan internal dan sepatutnya melunak dan diperkuat. Segmen dari stainless steel pengolahan juga disebut sebagai  'pengerasan usia'. Hal ini membutuhkan pemantauan hati-hati dan pemanas suhu dan waktu pendinginan. Suhu lebih tinggi mempengaruhi sifat logam, sedangkan suhu yang lebih rendah menghasilkan kekuatan tinggi dan ketangguhan patah rendah, sedangkan suhu tinggi menghasilkan kekuatan yang lebih rendah, tetapi bahan yang lebih keras. Perlakuan panas yang terlibat dalam pembuatan stainless steel tergantung pada jenis dan grade baja yang ingin dihasilkan. Annealing atau perlakuan panas mengarah ke pengembangan skala. Skala dapat dihapus melalui beberapa proses seperti:
• Acar atau penggunaan mandi asam Nitrat-hydrofluoric.
• Elektro-membersihkan atau penerapan arus listrik, menggunakan asam Fosfat dan katoda.
De-scaling material diperkenalkan ke dalam proses produksi pada waktu yang berbeda, tergantung pada jenis baja yang dihasilkan. Sementara bentuk bar dan kawat harus diperlakukan dengan tambahan rolling panas, penempaan dan mengekstrusi, lembar dan bentuk strip melalui proses anil setelah pencapaian panas. 

Cutting operasi, dalam pembuatan stainless steel, sangat penting untuk memperoleh bentuk yang diinginkan dan ukuran produk akhir. Teknik memotong melibatkan penggunaan pisau guillotine dan bilah baja kecepatan tinggi untuk blanking (meninju keluar bentuk oleh shearing) dan menggigit (memotong serangkaian lubang tumpang tindih). Stainless steel juga dipotong melalui pemotongan api, sebuah proses yang melibatkan penggunaan api yang dihasilkan oleh Oksigen, Propana dan bubuk besi. Jet pemotong plasma metode menggunakan kolom gas terionisasi mencair dan memotong logam. Permukaan selesai, langkah terakhir dalam pembuatan stainless steel, sangat penting untuk mendapatkan permukaan halus dan reflektif . 

Tahap terakhir menawarkan produk ketahanan korosi yang diinginkan dan mendapatkan logam siap untuk langkah lebih lanjut dalam industri manufaktur yang spesifik, sesuai kebutuhan. Pembuatan produk akhir lebih lanjut dibentuk melalui panas-rolling, menekan, penempaan dan ekstrusi. Materi tersebut kemudian bergabung melalui pengelasan (fusi dan resistensi) dan diberi bentuk yang diinginkan. Dalam proses pengendalian kualitas dimonitor seluruh pembuatan dan pabrikasi baja stainless. Materi terus diperiksa untuk mendapatkan sifat mekanik yang optimal, agar barang yang dibuatdari stainless steel dapat tahan lama.

SIFAT FISIK STAINLESS STEEL
Stainless steel juga dikenal dengan nama lain seperti CRES atau baja tahan korosi, baja Inox. Komponen stainless steel adalah Besi, Krom, Karbon, Nikel, Molibdenum dan sejumlah kecil logam lainnya. Komponen ini hadir dalam proporsi yang bervariasi dalam varietas yang berbeda. Dalam stainless steel, kandungan Krom tidak boleh kurang dari 11%. 

Beberapa sifat fisik penting dari stainless steel tercantum di bawah ini:
• Stainless steel adalah zat keras dan kuat.
• Stainless steel bukan konduktor yang baik (panas dan listrik).
• Stainless steel memiliki kekuatan ulet tinggi. Ini berarti dapat dengan mudah dibentuk atau bengkok atau digambar dalam bentuk kabel.
• Sebagian varietas dari stainless steel memiliki permeabilitas magnetis. Mereka sangat tertarik terhadap magnet.
• Tahan terhadap korosi.
• Tidak bisa teroksidasi dengan mudah.
• Stainless steel dapat mempertahankan ujung tombak untuk suatu jangka waktu yang panjang.
• Bahkan pada suhu yang sangat tinggi, stainless steel mampu mempertahankan kekuatan dan tahanan terhadap oksidasi dan korosi.
• Pada temperatur cryogenic, stainless bisa tetap sulit berubah.

SIFAT KIMIA STAINLESS STEEL
Stainless steel adalah paduan logam yang lebih disukai untuk membuat peralatan dapur, karena tidak mempengaruhi rasa makanan. Permukaan peralatan stainless steel yang mudah dibersihkan. Minimal pemeliharaan dan daur ulang total peralatan stainless steel juga berkontribusi terhadap popularitas mereka. 
Stainless steel adalah nama universal untuk paduan logam, yang terdiri dari Kromium dan Besi. Sering disebut juga dengan baja tahan karat karena sangat tahan terhadap noda (berkarat).
Besi murni adalah unsur utama dari stainless steel. Besi murni adalah rentan terhadap karat dan sangat tidak stabil, seperti yang diekstraksi dari bijih besi. Karat besi adalah karena reaksi dengan oksigen , di hadapan air. Kromium membentuk lapisan transparan dan pasif kromium oksida, yang mencegah kerusakan mekanik dan kimia. 

Konstituen kecil lainnya dari baja adalah Nikel, Nitrogen dan Molibdenum. Kandungan kecil Nikel meningkatkan ketahanan korosi lebih lanjut, dan melindungi stainless steel dari penggunaan kasar dan kondisi lingkungan yang keras. Pitting atau jaringan parut dihindari dengan menambahkan Molybdenum untuk baja. 

Sifat kimia dan struktur baja stainless ditingkatkan menggunakan paduan lainnya. Titanium, Vanadium dan Tembaga adalah paduan yang membuat stainless steel lebih cocok untuk keperluan tertentu. Tidak hanya logam, tetapi juga non-logam seperti Nitrogen, Karbon dan Silikon yang digunakan untuk membuat stainless steel.
Sifat kimia bertanggung jawab atas ketahanan korosi dan struktur mekanik dari baja stainless yang penting untuk memilih nilai sempurna untuk aplikasi yang diperlukan.

Baja stainless memiliki properti dasar perlawanan-korosi. Faktor-faktor yang mempengaruhi properti ini adalah komposisi kimia dari media korosif, komposisi kimia logam yang digunakan, variasi suhu dan kandungan oksigen dan aerasi medium. Dengan demikian, variasi-variasi kecil dalam komposisi kimia dapat digunakan untuk membuat berbagai stainless steel.

KEUNTUNGAN BAJA-BAJA STAINLESS
1. Daya Tahan Korosi
Semua baja stainless mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap korosi. Angka-angka logam campuran yang rendah menahan korosi pada kondisi-kondisi ruang hampa, angka-angka campuran logam yang tinggi dapat menahan korosi pada kebanyakan asam, larutan alkalin, dan lingkungan-lingkungan yang menghasilkan klorida , bahkan pada suhu dan tekanan yang dinaikkan.
2. Daya Tahan Suhu Rendah dan Tinggi
Beberapa angka akan menahan penskalaan dan pengaturan daya yang tinggi pada suhu-suhu yang sangat tinggi, sementara yang lain menunjukkan pengecualian kekerasan pada suhu-suhu cryogenic.
3. Kesenangan Pembuatan/ Mudah Dibentuk (Ease of Fabrication)
Mayoritas baja-baja stainless dapat dipotong, dilas, dibentuk, dimesinkan, dan dibuat dengan mudah.
4. Daya
Sifat-sifat kekerasan yang dibentuk profil logam dengan temperature indin dari kebanyakan baja-baja stainless dapat digunakan dalam merancang mengurangi ketebalan bahan dan mengurangi berat dan biaya. Baja-baja stainless mungkin diperlakukan panas untuk membuat komponen-komponen daya yang sangat tinggi.
5. Pertimbangan Estetika
Baja-baja stainless tersedia pada kebanyakan lapisan-lapisan penutup permukaan. Baja stainless ini diatur dengan mudah dan sederhana menghasilkan kualitas yang tinggi, penampilannnya menyenangkan.
6. Sifat-sifat Higienis
Karena mudah dibersihkan maka baja-baja stainless menjadikan pilihan-pilihan utama di rumah sakit-rumah sakit, dapur-dapur, fasilitas proses farmasi dan makanan.
7. Karakteristik Jalan Kehidupan
Baja stainless adalah sebuah bahan yang pemeliharaannya rendah dan tahan lama dan walaupun harganya lebih mahal namun lebih awet/ tahan lama dan hemat untuk jangka panjang karena murah pemeliharaannya.

Klasifikasi
1. 12-14% Kromium(Cr), dimana sifat mekanik bajanya sangat tergantung dari kandungan unsur Karbon (C).
2. Baja dengan pengerasan lanjut, 10-12% Kromium(Cr), 0.12% Karbon (C) dengan sedikit tambahan unsur-unsur Mo, V, Nb, Ni dengan kekuatan tekanan mencapai 927 Mpa dipergunakan untuk bilah turbin gas.
3. Baja Kromium tinggi, 17%Cr, 2,5% Ni. Memiliki ketahanan korosi yang sangat tinggi. Dipergunakan untuk poros pompa, katup dan fitting yang bekerja pada tekanan dan temperatur tinggi tetapi tidak cocok untuk kondisi asam.

JENIS STAINLESS STEEL
Meskipun seluruh kategori SS didasarkan pada kandungan krom (Cr), namun unsur paduan lainnya ditambahkan untuk memperbaiki sifat-sifat SS sesuai aplikasi-nya. Kategori SS tidak halnya seperti baja lain yang didasarkan pada persentase karbon tetapi didasarkan pada struktur metalurginya. Menurut sifat kimia dari stainless steel lima golongan utama SS adalah Austenitic, Ferritic, Martensitic, Duplex dan Precipitation Hardening SS.

1. Austenitic Stainless Steel
Austenitic SS mengandung sedikitnya 16% Krom dan 6% Nikel (grade standar untuk 304), sampai ke grade Super Autenitic SS seperti 904L (dengan kadar Krom dan Nikel lebih tinggi serta unsur tambahan Mo sampai 6%). Molybdenum (Mo), Titanium (Ti) atau Copper (Co) berfungsi untuk meningkatkan ketahanan terhadap temperatur serta korosi. Austenitic cocok juga untuk aplikasi temperature rendah disebabkan unsur Nikel membuat SS tidak menjadi rapuh pada temperatur rendah.
Sifat-sifat Dasar Baja Austenitic
 Daya tahan korosi yang sangat bagus dalam asam organik, industri, dan lingkungan laut.
 Kemampuan mengelas yang sangat bagus (semua proses)
 Kemampuan membentuk, kemampuan pembuatan dan sifat kenyal yang sangat bagus
 Sifat-sifat suhu tingginya bagus dan suhu rendahnya sangat bagus (kekerasan tinggi pada semua suhu)
 Tidak mengandung magnit (jika dikuatkan)
 Dapat dikeraskan hanya dengan dibentuk profil logam dengan temperatur dingin (logam-logam campuran ini tidak dapat dikeraskan dengan perlakuan panas)
Pemakaian Umum
 Alat pengatur cahaya floppy disk komputer (304)
 Per kunci keyboard komputer (301)
 Bak cuci dapur (304D)
 Alat pemrosesan makanan
 Aplikasi kearsitekan
 Alat kimia dan tanaman

2. Ferritic Stainless Steel
Kelompok logam campuran ini biasanya hanya mengandung Kromium, dengan keseimbangan kebanyakan Fe. Logam-logam campuran ini merupakan baja-baja stainless Kromium yang sederhana dengan kandungan Kromium 10,5 - 18 % seperti grade 430 dan 409. Jenis Ferritic agak sedikit kurang mempunyai sifat kenyal daripada jenis austenitic. Ketahanan korosi tidak begitu istimewa dan relatif lebih sulit di fabrikasi / machining. Tetapi kekurangan ini telah diperbaiki pada grade 434 dan 444 dan secara khusus pada grade 3Cr12.
Sifat-sifat Dasar Baja Ferritic
 Cukup untuk peningkatan daya tahan korosi yang bagus dengan kandungan Chromium
 Tidak dapat dikeraskan dengan perlakuan panas dan selalu digunakan dalam magnet yang dikuatkan
 Kemampuan mengelasnya sedikit
 Kemampuan membentuknya tidak sebagus austenitic

Pemakaian Umum
 Pusat floppy disk komputer (430)
 Trim automotive (430)
 Alat pembuangan uap automotive (409)
 Alat colliery (3Cr12)
 Tangki air panas (444)

3. Martensitic Stainless Steel
SS jenis ini memiliki unsur utama Krom (masih lebih sedikit jika dibanding Ferritic SS) dan kadar karbon relatif tinggi (0,1 - 1,2%) misal grade 410 dan 416. Grade 431 memiliki Krom sampai 16% tetapi mikrostrukturnya masih martensitic disebabkan hanya memiliki Nikel 2%. Merupakan baja pertama yang dikembangkan secara komersial (sebagai cutlery).
Sifat-sifat Dasar Baja Martensitic
 Daya tahan korosinya sedang
 Dapat dikeraskan dengan perlakuan panas dan oleh karena itu tingkat kekerasan dan daya tahannya tinggi
 Kemampuan mengelasnya kurang
 Bersifat magnetic
Pemakaian Umum
 Mata pisau
 Alat–alat bedah
 Tangkai / batang
 Kumparan
 Peniti

4. Duplex Stainless Steel
Disebut Duplex dikarenakan kandungan Nikel tidak cukup untuk menghasilkan susunan austenitic secara penuh dan hasil kombinasi susunan ferritic dan austenitic. Duplex SS seperti 2304 dan 2205 (dua angka pertama menyatakan persentase Krom dan dua angka terakhir menyatakan persentase Nikel) memiliki bentuk mikrostruktur campuran austenitic dan ferritic. Duplex ferritic-austenitic memiliki kombinasi sifat tahan korosi dan temperatur relatif tinggi atau secara khusus tahan terhadap Stress Corrosion Cracking. Meskipun kemampuan Stress Corrosion Cracking-nya tidak sebaik ferritic SS tetapi ketangguhannya jauh lebih baik jika dibandingkan dengan ferritic SS dan lebih buruk dibanding austenitic SS. Sementara kekuatannya lebih baik dibanding austenitic SS (yang di annealing) kira-kira 2 kali lipat. Sebagai tambahan, Duplex SS ketahanan korosinya sedikit lebih baik dibanding 304 dan 316 tetapi ketahanan terhadap pitting corrosion jauh lebih baik dibanding 316. Ketangguhannya Duplex SS akan menurun pada temperatur dibawah - 50 oC dan diatas 300 oC. Kebanyakan baja Duplex mengandung Mo dalam jarak 2,5-4%.
Sifat-sifat Dasar Baja Duplex
 Daya tahan yang tinggi untuk menekan keretakan korosi
 Daya tahan yang dinaikkan pada serangan ion Klorida
 Perenggangan dan kuat luluh yang lebih tinggi dari baja-baja austenitic dan ferritic
 Kemampuan peleburan, kemampuan membentuk yang baik
Pemakaian Umum
 Penerapan di laut, terutama sekali pada suhu-suhu yang dinaikkan dengan rendah (eksplorasi gas lepas pantai)
 Instalasi penghilangan zat garam / rasa asin
 Perubah panas
 Instalasi petro kimia

5. Precipitation Hardening Steel
Precipitation hardening stainless steel adalah SS yang keras dan kuat akibat dari dibentuknya suatu presipitat (endapan) dalam struktur mikro logam. Sehingga gerakan deformasi menjadi terhambat dan memperkuat material SS. Pembentukan ini disebabkan oleh penambahan unsur tembaga (Cu), Titanium (Ti), Niobium (Nb) dan Alumunium. Proses penguatan umumnya terjadi pada saat dilakukan pengerjaan dingin (cold work).
Sifat-sifat Dasar Baja Precipitation Hardening
 Hambatan korosi yang sedang sampai baik
 Kemampuan mengelas yang baik
 Bersifat magnetic
 Dapat dikeraskan
Pemakaian Umum
 Tangkai/batang untuk pompa air dan katup


Perbandingan masing-masing sifat dari grade SS ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel Perbandingan Sifat Mekanik Berbagai Jenis Stainless Steel
Jenis Stainless Steel Respon Magnet Ketahanan Korosi Metode Hardening Ke-liat-an (Ductility) Ketahanan Temperatur Tinggi Ketahanan Temperatur Rendah Kemampuan Welding
Austenitic Tdk Sgt Tinggi Cold Work Sgt Tinggi Sgt Tinggi Sgt Tinggi Sgt Tinggi
Duplex Ya Sedang Tidak ada Sedang Rendah Sedang Tinggi
Ferritic Ya Sedang Tidak ada Sedang Tinggi Rendah Rendah
Martensitic Ya Sedang Q & T Rendah Rendah Rendah Rendah

Mengapa Properti dari Stainless Steel begitu berbeda?
Sifat dari baja stainless sangat berbeda karena konstituennya. Tingginya kandungan Kromium dalam stainless steel bertanggung jawab untuk tahan korosi propertinya. Oleh karena itu, stainless steel digunakan untuk keperluan pembuatan alat-alat makan dapur dan peralatan masak harus memiliki jumlah yang lebih tinggi Kromium. Dalam rangka meningkatkan tingkat resistensi lebih lanjut, Nikel digunakan. Molibdenum (Mo) hadir dalam stainless steel membantu dalam mencegah jenis tertentu korosi lokal seperti pitting.
Besi yang digunakan untuk pembuatan baja stainless diekstraksi dari bijih mineralnya. Besi dalam bentuk paling murni, memiliki kecenderungan alami untuk bereaksi dengan udara atmosfer dan air yang mengarah pada pembentukan karat. Meskipun komponen utama stainless steel adalah besi, namun dapat melawan oksidasi. Hal ini karena, sekarang Kromium dalam stainless steel bereaksi dengan oksigen di udara, untuk membentuk Kromium oksida. Hal ini melekat pada permukaan stainless steel dalam bentuk lapisan, sulit pasif. Dalam hal permukaan lapisan ini rusak karena beberapa efek kimia atau mekanis, kromium oksida terbentuk, mampu memperbaiki kerusakan. Namun, proses penyembuhan diri dari oksida Kromium akan bekerja hanya jika ada oksigen dalam jumlah yang cukup.
Ketangguhan dari stainless steel ada di rekening kehadiran karbon di dalamnya. Jika kadar karbon dari baja stainless meningkat, itu membantu membuat baja lebih tangguh. Karbon memungkinkan stainless steel untuk mendapatkan ujung yang tajam dan juga memfasilitasi dalam mempertahankan ketajaman tepi untuk jangka waktu yang panjang.
Biasanya, stainless steel tidak berkarat karena terkena udara dan kelembaban. Namun, ketika beberapa zat cair disimpan dalam wadah stainless steel untuk jangka waktu yang panjang, kami mungkin melihat bagian dalam wadah akan berkarat. Hal ini terjadi karena cairan mencegah baja untuk kontak dengan oksigen. Akibatnya, kerusakan yang ditimbulkan pada lapisan Kromium oksida oleh efek kimia cairan tidak dapat disembuhkan.

A. Korosi Secara Umum
Stainless Steel (SS) secara mendasar bukanlah logam mulia seperti halnya Emas (Au) & Platina (Pt) yang hampir tidak mengalami korosi karena pengaruh kondisi lingkungan, sementara SS masih mengalami korosi. Daya tahan korosi SS disebabkan lapisan yang tidak terlihat (invisible layer) yang terjadi akibat oksidasi SS dengan oksigen yang akhirnya membentuk lapisan pelindung anti korosi (protective layer). Sumber oksigen bisa berasal dari udara maupun air. Material lain yang memiliki sifat sejenis antara lain Titanium (Ti) dan juga Aluminium (Al).
Secara umum protective layer terbentuk dari reaksi Kromium + oksigen secara spontan membentuk Krom-oksida. Jika lapisan oksida SS digores/terkelupas, maka protective layer akan segera terbentuk secara spontan, tentunya jika kondisi lingkungan cukup mengandung oksigen. Walaupun demikian kondisi lingkungan tetap menjadi penyebab kerusakan protective layer tersebut. Pada keadaan dimana protective layer tidak dapat lagi terbentuk, maka korosi akan terjadi. Banyak media yang dapat menjadi penyebab korosi, seperti halnya udara, cairan/ larutan yang bersifat asam/basa, gas-gas proses (misal gas asap hasil buangan ruang bakar atau reaksi kimia lainnya), logam yang berlainan jenis dan saling berhubungan dan sebagainya.

B. Jenis-Jenis Korosi Pada Stainless Steel
Meskipun alasan utama penggunaan stainless steel adalah ketahanan korosinya, tetapi pemilihan stainless steel yang tepat mesti disesuaikan dengan aplikasi yang tepat pula. Pada umumnya, korosi menyebabkan beberapa masalah seperti :
1. Terbentuknya lubang-lubang kecil/ halus pada tangki dan pipa-pipa sehingga menyebabkan kebocoran cairan ataupun gas.
2. Menurunnya kekuatan material disebabkan penyusutan/ pengurangan ketebalan/ volume material sehingga ‘strength‘ juga menurun, akibatnya dapat terjadi retak, bengkok, patah dan sebagainya.
3. Dekorasi permukaan material menjadi tidak menarik disebabkan kerak karat ataupun lubang-lubang
4. Terbentuknya karat-karat yang mungkin mengkontaminasi zat atau material lainnya, hal ini sangat dihindari khususnya pada proses produksi makanan.

Secara umum korosi pada stainless steel dapat dikategorikan sbb. :
1. Uniform Corrosion
2. Pitting Corrosion
3. Crevice Corrosion
4. Stress Corrosion Cracking
5. Intergranular Corrosion
6. Galvanic Corrosion

Untuk diperhatikan bahwa, Stainless Steel adalah 100% dapat didaur ulang dan karena itu ramah lingkungan. Namun Stainless Steel sulit dipadukan dengan bahan lain dan tidak cocok untuk konstruksi 
http://rozaqsangbleu.blogspot.com/2011/05/stainless-steel.html
Cara Mengelas Pipa Stainless Steel
Kali ini saya akan membantu anda , bagaimana caranya mengelas untuk sambungan pipa stainless steel, sehingga hasil daripada pengelasan pipa stainless steel dapat tertutup dengan bagus dan tidak bocor.
Pertama,  pastikan tidak ada air di dalam pipa stainless steel yang akan disambung, atau di las, bahkan tidak setetes pun. Kalau ada setetes air saja maka, proses pengelasan pipa stainless steel pasti hasilnya tidak optimal. Ingat apa yang ada di air? Hidrogen dan oksigen.

Anda dapat menemukan lubang ventilasi di tempat teratas. Pikirkan argon seolah-olah itu adalah air. Karena lebih berat daripada udara, itu akan mengisi setiap ruang seperti air, menggusur udara seperti mengisi setiap sudut dan celah.
Sebuah aliran tinggi dan bergolak argon tidak selalu membersihkan pipa lebih cepat daripada laju aliran yang lebih rendah. Dan diffuser di ujung-ujung selang argon Anda biasanya memungkinkan Anda untuk menggunakan laju aliran yang lebih tinggi. Sebuah diffuser buatan sendiri dapat dibuat dengan beberapa wol baja stainless, beberapa lembar pipa stainless bolong, dan sedikit lembaran logam.

Setelah Anda memverifikasi pembersihan pipa stainless steel yang baik, Anda siap untuk taktik. Kupas rekaman kembali hanya cukup untuk taktik dan biarkan dingin sedikit dan tape re. Kemudian taktik lagi 180 derajat terpisah. Lanjutkan sampai semua paku payung di tempat.
Tips lainnya untuk proses pengelasan pipa stainless 

    - Meletakkan sebuah kabel 1/8 inci di root bekerja lebih baik daripada mencelupkan batang 3/32 inch.
    - Gunakan bevel tepi bulu. Tidak ada tanah yang dibutuhkan
    - Anda dapat memperbaiki daerah yang tidak menembus dengan pengelasan ulang
    - Gunakan hanya sikat kawat baja stainless dan hanya menggunakan file yang hanya digunakan pada pipa stainless steel.
    - Gunakan hanya cukup ampere. Menggunakan ampere terlalu banyak akan terlalu panas pada proses penyambungan pipastainless steel, sehingga hasilnya kurang maksimal,jadi ampere yang pas akan menghasilkan sambungan pada pipa stainless steel maksimal, dan awet, tahan bocor.
silahkan gunakan cara ini bagi yang mau melakukan pengelasan pipa stainless steel, semoga bermanfaat.
by  :  broiman

Intip Material Knalpot Besi, Stainlees Dan Karbon


 Banyak pilihan bahan knalpot
Bahan
 knalpot banyak macamnya. Mulai dari pelat besi yang berkarat, stainless steel dan sampai titanium yang akan nongol di pasaran lokal.

Sejak knalpot lokal muncul, bahan pelat besi atau biasa disebut galvanis pertama digunakan. Kelebihannya paling murah, namun tidak tahan karat.

“Rentang harga dari Rp 45 ribu sampai Rp 450,” jelas Sabda Wiguna, pemegang merek CRB yang konsisten bahan jenis ini. Tidak peduli diledek knalpot dung pret. Asal berisik hatinya senang.

Untuk memperpanjang usia pakai, dilapis ulang pakai krom. Termasuk pipa buang motor standar lokal. Kebanyakan dari pelat besi yang sudah dikrom.

Selanjutnya muncul bahan dari stainless steel. Awalnya banyak muncul dari Thailand. Seperti DBS, TDR dan terakhir menyusul Kawahara. Bobot bahan mirip dengan pelat besi.

Namun kelebihan stainless steel tidak berkarat. Sehingga tidak perlu pelapisan krom. “Seni mengelas seperti cacing terlihat jelas dan jadi nilai seni tersendiri,” ungkap Dony, pemegang merek knalpot RC3 dan Techno dari Tangerang.


 Bahan silincer Karbon. Dipadu dengan stainless pada bagian lain
Tapi, kekurangan knalpot stainless steel terletak pada pengelasan yang kurang kuat. Itu sudah lama terjadi, namun kini sudah tidak lagi. Karena sudah pintar mengelas steinless.

Seperti knalpot R9. Pembuatnya berani kasih garansi sampai 5 tahun. “Kalau patah, akan diganti gratis. Asalkan bukan karena kecelakaan,” jelas Sjafri Ganie alias Jerry, bos merek R9 yang banyak produksi berbagai merek knalpot.

Bisa dikatakan R9 adalah pelopor bahan stainless steel yang diproduksi di Indonesia. Tapi, bahannya tetap produksi Jepang atau Thailand. Makanya kadang knalpot buatan Jerry susah ditiru ukuran diameter dan juga bahann.

Selain itu, bahan knalpot ada juga yang dibuat dari full carbon.  Seperti yang diluncurkan Dodo, pemilik merek CLD. Beberapa tipe knalpot CLD menggunakan bahan karbon. Tapi, hanya sebatas silencer. Sementara leher dan bagian lain tetap menggunakan stainless steel.

 Bahan karbon punya daya redam suara mirip stainless. Tapi, tetap lebih menarik karena corak ini memang memberikan kesan yang gagah di motor.(motorplus-online.com)
Penulis : Aong | Foto : M.David

Korosi dan Cara Pencegahannya


Korosi atau perkaratan sangat lazim terjadi pada besi.  Besi merupakan logam yang mudah berkarat.  Karat besi merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori.  Rumus kimia dari karat besi adalah Fe2O3.xH2O.  Bila dibiarkan, lama kelamaan besi akan habis menjadi karat.
Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan.  Contoh nyata adalah keroposnya jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari besi lainnya.Siapa di antara kita tidak kecewa  bila bodi mobil kesayangannya tahu-tahu sudah keropos karena korosi.  Pasti tidak ada.  Karena itu, sangat penting bila kita sedikit tahu tentang apa korosi itu, sehingga bisa diambil langkah-langkah antisipasi.
Peristiwa korosi sendiri merupakan proses elektrokimia, yaitu proses (perubahan / reaksi kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik.  Bagian tertentu dari besi berlaku sebagai kutub negatif (elektroda negatif, anoda), sementara bagian yang lain sebagai kutub positif (elektroda positif, katoda).  Elektron mengalir dari anoda ke katoda, sehingga terjadilah peristiwa korosi.
Ion besi (II)yang terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi menjadi ion besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi (karat besi), Fe2O3.xH2O.
Dari reaksi terlihat bahwa korosi melibatkan adanya gas oksigen dan air.  Karena itu, besi yang disimpan dalam udara yang kering akan lebih awet bila dibandingkan ditempat yang lembab.  Korosi pada besi ternyata dipercepat oleh beberapa faktor, seperti tingkat keasaman, kontak dengan elektrolit, kontak dengan pengotor, kontak dengan logam lain yang kurang aktif (logam nikel, timah, tembaga), serta keadaan logam besi itu sendiri (kerapatan atau kasar halusnya permukaan).
Pencegahan korosi
Pencegahan korosi didasarkan pada dua prinsip berikut :
Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau air
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka peristiwa korosi tidak dapat terjadi.  Korosi dapat dicegah dengan melapisi besi dengan cat, oli, logam lain yang tahan korosi (logam yang lebih aktif seperti seg dan krom).  Penggunaan logam lain yang kurang aktif (timah dan tembaga) sebagai pelapis pada kaleng bertujuan agar kaleng cepat hancur di tanah. Timah atau tembaga bersifat mampercepat proses korosi.
- Perlindungan katoda (pengorbanan anoda)
Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan logam lain yang lebih aktif akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda.  Di sini, besi berfungsi hanya sebagai tempat terjadinya reduksi oksigen. Logam lain berperan sebagai anoda, dan mengalami reaksi oksidasi.  Dalam hal ini besi, sebagai katoda, terlindungi oleh logam lain (sebagai anoda, dikorbankan).  Besi akan aman terlindungi selama logam pelindungnya masih ada / belum habis.  Untuk perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan logam magnesium, Mg.  Logam ini secara berkala harus dikontrol dan diganti.
Membuat alloy atau  paduan logam yang bersifat tahan karatmisalnya besi dicampur dengan logam Ni dan Cr menjadi baja stainless (72% Fe, 19%Cr, 9%Ni).  
Demikian sedikit informasi yang mungkin berguna bagi kita.  http://kimia123sma.wordpress.com/2010/04/20/korosi-dan-cara-pencegahannya/
 TEHNIK MENGELAS

Pendahuluan

Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. Dalam proses penyambungan ini adakalanya disertai dengan tekanan dan material tambahan (filler material)

Teknik pengelasan secara sederhana telah diketemukan dalam rentang waktu antara 4000 sampai 3000 SM. Setelah energi listrik dipergunakan dengan mudah, teknologi pengelasan maju dengan pesatnya sehingga menjadi sesuatu teknik penyambungan yang mutakhir. Hingga saat ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan.

Pada tahap-tahap permulaan dari pengembangan teknologi las, biasanya pengelasan hanya digunakan pada sambungan-sambungan dari reparasi yang kurang penting. Tapi setelah melalui pengalaman dan praktek yang banyak dan waktu yang lama, maka sekarang penggunaan proses-proses pengelasan dan penggunaan konstruksi-konstruksi las merupakan hal yang umum di semua negara di dunia.


Terwujudnya standar-standar teknik pengelasan akan membantu memperluas ruang lingkup pemakaian sambungan las dan memperbesar ukuran bangunan konstruksi yang dapat dilas. Dengan kemajuan yang dicapai sampai saat ini, teknologi las memegang peranan penting dalam masyarakat industri modern.

Klasifikasi pengelasan

Ditinjau dari sumber panasnya. Pengelasan dapat dibedakan tiga:

* Mekanik
* Listrik
* Kimia

Sedangkan menurut cara pengelasan, dibedakan menjadi dua bagian besar:

* Pengelasan tekanan (Pressure Welding)
* Pengelasan Cair

Fusion Welding

Fusion welding adalah proses penyambungan logam dengan cara mencairkan logam yang tersambung.
Jenis-jenis Fusion Welding:

1. Oxyacetylene Welding
2. Electric Arc Welding
3. Shield Gas Arc Welding
- TIG
- MIG
- MAG
- Submerged Welding
4. Resistance Welding
- Spot Welding
- Seam Welding
- Upset Welding
- Flash Welding
- Electro Slag Welding
- Electro Gas Welding
5. Electron Beam Welding
6. Laser Beam Welding
7. Plasma Welding

Carbon Arc Welding adalah proses untuk menyatukan logam dengan menggunakan panas dari busur listrik, tidak memerlukan tekanan dan batang pengisi (filler metal) dipakai jika perlu. Carbon Arc Welding banyak digunakan dalam pembuatan aluminium dan besi.

Sumber arusnya bisa DC maupun AC dengan menggunakan DC/AC. Proses Carbon Arc Welding bisa dipakai secara manual ataupun otomatis. Pendinginannya tergantung besarnya arus. Bila penggunaan arus di atas 200 Ampere digunakan Water Cooled. Dan sebaliknya bila di bawah 200 Ampere digunakan Air Cooled.

Coated Electrode Welding

Cara pengelasan dimana elektrodanya dibungkus dengan fluks merupakan pengembangan lebih lanjut dari pengelasan dengan elektroda logam tanpa pelindung (Bare Metal Electrode). Dengan elektroda logam tanpa pelindung, busur sulit dikontrol dan mengalami pendinginan terlalu cepat sehingga 02 dan N2 dari atmosfer diubah menjadi Oksida dan Nitrida, akibatnya sambungan menjadi rapuh dan lemah.

Prinsip Las Elektroda Terbungkus adalah busur listrik yang terjadi antara elektroda dan logam induk mengakibatkan logam induk dan ujung elektroda mencair dan kemudian membeku bersama-sama. Lapisan (Pembungkus) Elektroda terbakar bersama dengan meleburnya elektroda menghasilkan gas pelindung sekeliling busur. dengan oksigen (O2). hasil pembakaran ini akan menghasilkan suhu yang tinggi dan umumnya digunakan untuk cutting, brazing, metalling, and hard surfacing.

Acetylene dihasilkan dari percampuran CAC2 (Kalsium Karbida) dengan air. CAC2 dihasilkan dari proses peleburan antara batu karang (Carbon) dengan kapur (CAO) dalam dapur api yang memancarkan bunga api listrik.

Fungsi Fluks:

1. Melindungi logam cair dari lingkungan udara
2. Menghasilkan gas pelindung
3. Menstabilkan busur
4. Sumber unsur paduan (V, Zr, Cs, Mn).

Submerged Arc Welding

Dalam pengelasan busur rendam otomatis, busur dan material yang diumpankan untuk pengelasan tidak diperlukan seorang operator yang ahli. Pengelasan otomatis ini pertama kali diusulkan oleh Bernardos dan N. Slavianoff. Dan Las Busur Rendam dipraktekkan pertama kali oleh D. Dulchesky.

Las busur rendam adalah pengelasan dimana logam cair tertutup dengan fluks yang diatur melalui suatu penampung fluks dan logam pengisi yang berupa kawat pejal diumpankan secara terus menerus. Dalam pengelasan ini busur listriknya terendam dalam fluks.

Karena dalam pengelasan ini, busur listriknya tidak kelihatan, maka sangat sukar untuk mengatur jatuhnya ujung busur. Di samping itu karena mempergunakan kawat elektroda yang besar maka sangat sukar untuk memegang alat pembakar dengan tangan tepat pada tempatnya. Karena kedua hal tersebut maka pengelasan selalu dilaksanakan secara otomatis penuh.

Mesin las ini dapat menggunakan sumber listrik AC yang lamban dan DC dengan tegangan tetap bila menggunakan listrik AC

Perlu adanya pengaturan kecepatan pengumpanan kawat las yang dapat diubah-ubah untuk mendapatkan panjang busur yang diperlukan. Bila menggunakan sumber listrik DC dengan tegangan tetap, kecepatan pengumpanan dapat dibuat tetap dan biasanya menggunakan polaritas balik (DCRP). Mesin las dengan listrik DC kadang-kadang digunakan untuk mengelas pelat tipis dengan kecepatan tinggi atau untuk pengelasan dengan elektroda lebih dari satu.

Keuntungan Las Busur Rendam:

1. Kualitas Las Baik
2. Penetrasi cukup
3. Bahan las hemat
4. Tidak perlu operator tampil
5. Dapat memakai arus yang tinggi

Kerugian Las Busur Rendam:

1. Sulit menentukan hasil seluruh pengelasan
2. Posisi pengelasan hanya horisontal
3. Penggunaan sangat terbatas

Tungsten Inert Gas

Pengelasan ini pertama kali ditemukan di USA (1940), berawal dari pengelasan paduan untuk bodi pesawat terbang. Prinsip: panas dari busur terjadi diantara elektrode Tungsten dan logam induk akan meleburkan logam pengisi ke logam induk di mana busurnya dilindungi oleh gas mulia (Ar atau He).

Las ini memakai elekroda Tungsten yang mempunyai titik lebur yang sangat tinggi (3260 C) dan gas pelindungnya Argon/Helium. Sebenarnya masih ada gas lainnya, seperti Xenon. Tetapi karena sulit didapat maka jarang digunakan. Dalam penggunaannya Tungsten tidak ikut mencair karena Tungsten tahan panas melebihi dari logam pengisi. Karena elektrodanya tidak ikut mencair maka disebut juga elektroda tidak terumpan.

Oxyacetylene Welding

Suatu pengelasan dengan menggunakan nyala api yang diperoleh dari pembakaran gas acetylene (C2H2) dengan oksigen (O2). Hasil pembakaran ini akan menghasilkan suhu yang tinggi, dan umumnya digunakan untuk cutting, brazing, metalling, dan hard surfacing.

Acetylene dihasilkan dari percampuran CaC2 (Kalsium Karbida) dengan air. CaC2 dihasilkan dari proses peleburan antara batu karang (Carbon) dengan kapur (CaO) dalam dapur api yang memancarkan bunga api listrik.

CaO + 3C Þ CaC2 + CO

CaC2 + H2O Þ C2H2 + Ca(OH)2

Setelah CaC2 dileburkan, Karbida didinginkan, dihancurkan dan dimasukkan dalam keadaan kering ke dalam wadah yang hampa udara. Dimana wadah yang hampa udara ini merupakan salah satu bagian dari generator Acetylene.

Dalam generator tersebut, Karbida yang telah dihancurkan diletakkan dalam wadah yang hampa udara yang terletak di atas tangki besar yang berisi air. Kemudian sedikit demi sedikit Karbida ini dijatuhkan ke dalam air. Carbon yang terkandung dalam CaC2 melepaskan diri dan kemudian bergabung dengan Hidrogen membentuk C2H2 yang berupa gelembung-gelembung gas, pada akhirnya akan menguap menjadi gas dan meninggalkan endapan Ca(H)2.

Acetylene tidak berwarna, tidak berbau dan lebih ringan daripada udara. Tapi yang ada di pasaran sudah dicampur degnan belerang dan Phofor sehingga berbau. Gas Acetylene tidak stabil di atas tekanan 30 psig (1435 F). Di atas batas-batas tersebut bisa menimbulkan ledakan. Karena ketidakstabilan dari Acetylene ini, maka tidak boleh digunakan di atas tekanan 15 psig atau dikenai kejutan listrik, panas yang berlebihan dan perlakuan yang keras.

Untuk mengatasi hal ini, kalau gas ini akan disimpan dalam botol baja dengan tekanan di atas 2 atm maka harus dilarutkan lebih dahulu dalam Aceton cair. Aceton ini digunakan untuk menyerap gas Acetylene dan membuatnya menjadi stabil. Caranya dengan melapisi dinding botol penyimpanan dengan Asbes yang porous dan diakhiri dengan penambahan Aceton cair. Aceton ini digunakan untuk menyerap gas Acetylene dan membuatnya menjadi stabil. Caranya dengan melapisi dinding botol penyimpanan dengan Asbes yang porous dan diakhiri dengan penambahan Aceton cair.

Pemakaian gas dari silinder tidak boleh lebih dari 1/7kapasitas total silinder.

Jenis nyala api dapat dibagi tiga jenis:

* Netral (C2H2 : O2 = 1:1)
* Karburasi (C2h2 > O2)
* Oksidasi (C2H2 < O2)

Temperatur nyala api bisa mencapai 3000 C.

Electric Arc Welding

Prinsip :


Penggunaan busur listrik untuk pemanasan. Panas oleh busur listril terjadi karena adanya loncatan elektron dari elektrode melalui udara ke benda kerja

Elektron tersebut bertumbukan dengan udara/gas serta memisahkannya menjadi elektron dan ion positif. Daerah di mana terjadi loncatan elektron disebut busur (Arc)

Menurut Bernados (1885) bahwa busur yang terjadi di antara katoda Karbon dan anoda logam dapat meleburkan logam sehingga bisa dipakai untuk penyambungan 2 buah logam.

Las Busur Listrik dapat dibagi menjadi:

* Las Elektroda Karbon
* Las Elektroda Terbungkus
* Las Busur Rendam
* Las Busur CO2
* Las TIG
* Las MIG
* Las Busur dengan elektroda berisi fluks

Panas dari busur disebabkan oleh elektron yang bergerak dari katoda menumbuk anoda. Konversi energinya:

W = E * I * T

Di mana:

W = Energi Panas

E = Tegangan, Volt

I = Arus, Ampere

T = Waktu, Detik

Pada saat pengelasan, benda kerja menjadi panas sehingga mudah terjadi reaksi dengan Oksigen (Udara). Untuk mencegahnya digunakan pelindung berbentuk fluks atau gas pelindung. Posisi pengelasan terdiri dari : Flat (F), Vertikal (V), Horisontal (H) dan Overhead.

Carbon Arc Welding

Carbon Arc Welding mungkin adalah proses las listrik yang dikembangkan pertama kali menurut catatan, eksperimen las listrik pertama kali dilakukan pada tahun 1881, ketika Auguste de Meritens (Perancis) menggunakan busur karbon sebagai sumber pengelasan dengan aki sebagai sumber listriknya. Dalam eksperimennya, dia menghubungkan benda kerja dengan kutb positif. Walaupun kurang efisien, proses ini berhasil menyatukan timah dengan timah.

Carbon Arc Welding adalah proses untuk menyatukan logam dengan menggunakan panas dari busur listrik, tidak memerlukan tekanan dan batang pengisi (filler metal) dipakau jika perlu. Carbon Arc Welding banyak digunakan dalam pembuatan aluminium dan besi.

Sumber arusnya bisa DC maupun Ac. Dengan menggunakan DC/AC, proses Carbon Arc Welding bisa dipakai secara manual ataupun otomatis. Pendinginannya tergantung besarnya arus, bila penggunaan arus di atas 200 Ampere digunakan Water Cooled. Dan sebaliknya bila di bawah 200 Ampere digunakan Air cooled.

Coated Electrode Welding

Cara Pengelasan dimana elektrodanya dibungkus dengan fluks merupakan pengembangan lebih lanjut dari pengelasan dengan eletroda logam tanpa pelindung (Bare Metal Electrode). Dengan elektroda logam tanpa pelindung, busur sulit dikontrol dan mengalami pendinginan terlalu cepat sehingga O2 dan N2 dari atmosfir diubah menjadi oksida dan nitrida, akibatnya sambungan menjadi rapuh dan lemah.

Prinsip Las Elektroda Terbungkus adalah busur listrik yang terjadi antara elektroda dan logam induk mengakibatkan logam induk dan ujung elektroda mencair dan kemudian membeku bersama-sama. Lapisan (Pembungkus) elektroda terbakar bersama dengan meleburnya elektroda.

Fungsi Fluks:

* Melindungi logam cair dari lingkungan udara.
* Menghasilkan gas pelindung
* Menstabilkan busur
* Sumber unsur paduan (V, Zr, Cs, Mn).

Submerged Arc Welding

Dalam pengelasam busur rendam otomatis, busur dan material yang diumpamakan untuk pengelasan tidak diperlukan seorang operator yang ahli. Pengelasan otomatis ini pertama kali diusulkan oleh Bernardos dan N. Slavianoff dan las busur rendam dipraktekkan pertama kali oleh D. Dulchevsky.

Las busur rendam adalah pengelasan dimana logam cair tertutup dengan fluks yang diatur melalui suatu penampung fluks dan logam pengisi yang berupa kawat pejal diumpankan secara terus menerus. Dalam pengelasan ini busur listriknya terendam dalam fluks. Karena dalam pengelasan ini, busur listriknya tidak kelihatan, maka sangat sukar untuk mengatur jatuhnya ujung busur. Di samping itu karena mempergunakan kawat elektroda yang besar maka sangat sukar untuk memegang alat pembakar dengan tangan tepat pada tempatnya. Karena kedua hal tersebut maka pengelasan selalu dilaksanakan secara otomatis penuh. Mesin las ini dapat menggunakan sumber listrik AC yang lamban dan DC dengan tegangan tetap bila menggunakan listrik AC.

http://www.afrisujarwanto.web.id/wp-content/uploads/2007/09/las-busur-rendam.thumbnail.jpg

Gambar 1. Mesin Las Busur Rendam

Perlu adanya pengaturan kecepatan pengumpanan kawat las yang dapat diubah-ubah untuk mendapatkan panjang busur yang diperlukan. Bila menggunakan sumber listrik DC dengan tegangan tetap, kecepatan pengumpanan dapat dibuat tetap dan biasanya menggunakan polaritas balik (DCRP). Mesin las dengan listrik DC kadang-kadang digunakan untuk mengelas pelat tipis dengan kecepatan tinggi atau untuk pengelasan dengan eletroda lebih dari satu.

* Keuntungan Las Busur Rendam:
* Kualitas Las baik
* Penetrasi cukup
* Bahan las hemat
* Tidak perlu operator trampil
* Dapat memakai arus yang tinggi

Kerugian Las Busur Rendam:

* Sulit menentukan hasil seluruh pengelasan
* Posisi pengelasan hanya horisontal
* Penggunaan sangat terbatas

Tungsten Inert Gas

Pengelasan ini pertama kali ditemukan di USA (1940), berawal dari pengelasan paduan untuk bodi pesawat terbang.

Prinsip : Panas dari busur terjadi diantara elektrode tungsten dan logam induk akan meleburkan logam pengisi ke logam induk di mana busurnya dilindungi oleh gas mulia (Ar atau He)

Las ini memakai elektroda tungsten yang mempunyai titik lebur yang sangat tinggi (3260 C) dan gas pelindungnya Argon/Helium. Sebenarnya masih ada gas lainnya, seperti xenon. Tetapi karena sulit didapat maka jarang digunakan.

Dalam penggunaannya tungsten tidak ikut mencair karena tungsten tahan panas melebihi dari logam pengisi. Karena elektrodanya tidak ikut mencair maka disebut elektroda tidak terumpan.

Keuntungan : Digunakan untuk Alloy Steel, Stainless Steel maupun paduan Non Ferrous: Ni, Cu, Al (Air Craft). Disamping itu mutu las bermutu tinggi, hasil las padat, bebas dari porositas dan dapat untuk mengelas berbagai posisi dan ketebalan.

Dibandinkan dengan Carbon Arc Welding, tungsten memiliki beberapa keunggulan. Pada umumnya Tungsten Arc Welding hampir sama dengan Carbon Arc Welding.

Persamaannya:

* Sumber arusnya sama (Power Supply/Welding Circuit)
* Memakai Elektroda kawat
* Dikhususkan Hanya untuk las

Perbedaannya:

* Carbon Arc Welding memakai fluks (Coating), TIG memakai gas pelindung.
* Elektroda pada Carbon Arc Welding ikut mencair sebagai logam pengisi, TIG elektrodanya tidak ikut mencair.
* Carbon Arc Welding tidak perlu filler metal, TIG diperlu
kan filler

Tidak ada komentar:

Posting Komentar